Sabtu, 20 September 2014

SIFAT SIFAT ALLAH



ALLAH YANG DIJELASKAN DALAM AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Para ulama’ yang ahli dalam bidang ilmu tauhid (ilmu agama yang secara khusus
membahas tentang keesaan Allah SWT) mengelompokkan sifat Allah SWT menjadi 3 bagian,
yaitu :
1. Sifat wajib
Yakni Sifat-sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki oleh Allah SWT, jumlahnya ada 13,
sebagian ulama’ berpendapat jumlah sifat wajib ada 20
2. Sifat mustahil
Yakni sifat-sifat lemah yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Merupakan kebaikan
dari sifat wajib sehingga jumlahnya sama dengan sifat wajib
3. Sifat jaiz
Sifat yang serba mungkin bagi Allah SWT sesuai dengan kehendak-Nya
Tabel sifat-sifat Allah SWT :
Sifat Wajib Sifat Mustahil Sifat Jaiz
1. Wujud : ada
2. Qidam : dahulu
3. Baqa : kekal
4. Mukhalafatu lilhawaditsi: berbeda dengan
makhluk
5. Qiyamuhu Binafsihi : berdiri sendiri
6. Wahdaniyah : esa
7. Qudrat : kuasa
8. Iradat : berkehendak
9. Ilmu : mengetahui
10. Hayat : hidup
11. Sama’ : mendengar
12. Bashar : melihat
13. Kalam : berfirman
14. Qadiran : Maha Kuasa
15. Muridan : Maha Berkehendak
16. Aliman : Maha Mengetahui
17. hayyan : Maha Hidup
18. Samian : Maha Mendengar
19. Bashiran: Maha Melihat
20. Mutakaliman : Maha Berfirman
1. Adam : tidak ada
2. Hudus : baru
3. Fana : rusak
4. Mumatsalatu lilhawaditsi: sama
dengan makhluk
5. Ihtiyaj Lighairih : butuh yang lain
6. Ta’adud : terbilang
7. Ajzun : lemah
8. Karahah : terpaksa
9. Jahlun : bodoh
10. Mautun : mati
11. Summun : tuli
12. Umyun : buta
13. Bukmun : bisu
14. Ajizan : sangat lemah
15. Mukrahan : sangat terpaksan
16. Jahilan : sangat bodoh
17. Mayyitan: : benar-benar mati
18. Ashamman: : sangat tuli
19. A’ma: : betul-betul buta
20. Abkaman : betul-betul bisu
Allah serba
mungkin
melakukan
sesuatu atau
meninggalkannya
WUJUD ( وجود) BERARTI ADA
􀃎 Mustahil Allah SWT bersifat Adam ( عدمٌ) yang berarti tidak ada
Rasanya tidak mudah meyakini bahwa Allah SWT itu ada. Mata kita tidak pernah melihat-
Nya, telinga kita tidak pernah mendengar suara-Nya, hidung kita tidak pernah mencium
aroma-Nya, dan kulit kita tidak pernah meraba-Nya. Kalau begitu, bagaimana cara
meyakini bahwa Allah SWT itu ada?
Untuk membantu menemukan jawabannya, jernihkanlah hati dan pikiran dan kajilah cerita
mengenai Nabi Ibrahim a.s. ketika sedang mencari Tuhan. sebagaimana firman Allah SWT
dalam Alquran :
Artinya: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan
kaummu dalam kesesatan yang nyata." Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami
memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah
menjadi gelap. dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "yakin". Ketika malam telah
menjadi gelap. dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi tatkala
bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam dia
berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat.- Kernudian tatkala dia melihat matahari terbit. dia berkata:
“Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar," maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:
"Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang¬orang yang
mempersekutukan Tuhan.(QS. Al An-am : 74-79)
Walaupun mata kita tidak pernah melihat wujud Allah SWT, namun kita dapat menyaksikan
keindahan alam semesta seperti pantai, laut, gunung, bentangan gurun, dan langit yang biru.
Walaupun telinga kita tidak pernah mendengar suara Allah SWT, namun kita dapat
mendengar kicau burung yang merdu. Walaupun kulit kita tidak pernah bersentuhan dengan
Allah SWT, namun kita dapat merasakan sejuknya sentuhan angin. Demikian pula dengan
hidung kita yang dapat mencium aroma bunga yang wangi, serta lidah kita yang dapat
merasakan manisnya buah-buahan. Semua itu merupakan ciptaan Allah SWT. Kiranya cukup
dengan menyaksikan segala ciptaan-Nya kita dapat meyakini betapa agungnya Allah SWT
sebagai Sang Pencipta.
Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumf
dalam enam hari. lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malarn kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bukan, dan bintangbintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
mernerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al A'ràf : 54)
QIDAM ( قِدَام ) BERARTI DAHULU
Mustahil Allah SWT bersifat Hudus ( حدوٌ ث) yang berarti baru
Kamu tentu ingat dengan tanggal kelahiranmu, bukan? Adanya tanggal lahir itu menunjukkan
bahwa pada tanggal dan hari tersebut kamu memulai hidup di dunia. Namun Allah SWT
tidaklah seperti itu. Allah SWT telah ada sejak dahulu sebelum seluruh makhluk dan alam ini
diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya : Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid : 3)
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan
Allah SWT merupakan sesuatu yang baru, yang ada titik permulaannya dan suatu saat akan
mencapai titik akhir. Sebaliknya Allah SWT sebagai Sang Pencipta tidak mungkin bersifat
baru seperti ciptaan-Nya itu. Allah SWT tidak mengalami titik permulaan dan titik akhir.
Allah SWT adalah awal sekaligus akhir.
BAQA ( بَقَاءٌ ) BERARTI KEKAL
􀃎 Mustahil Allah SWT bersifat Fana ( فَنَاءٌ ) yang berarti rusak
Allah SWT mempunyai sifat kekal dan tidak akan pernah mengalami kerusakan, dengan
kata lain mustahil Allah SWT mengalami kerusakan. Sebaliknya seluruh makhluk termasuk
manusia pasti akan mengalami kerusakan.
Firman Allah SWT dalam surat Ar Rahman ayat 26-27 :
Artinya : “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman : 26-27)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa kerusakan dapat menimpa seluruh mahluk tidak
terkecuali manusia. Untuk membuktikannya, perhatikan seluruh organ tubuh manusia mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu sebutkan bentuk kerusakan yang dapat
menimpanya.
MUKHALAFATU LILHAWADISI ( مُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ ) BERARTI BERBEDA DENGAN
MAKHLUK
Mustahil Allah SWT bersifat Mumasalatu lilhawaditsi ( مُمَاثَلَةُ لِلْحَوَادِثِ ) yang berarti serupa
dengan makhluk
Sifat wajib مخاَلَفةُللْحوادثmenunjukkan bahwa antara Allah SWT berbeda dengan seluruh
makhluk yang diciptakan-Nya, baik itu makhluk yang dapat dilihat oleh manusia, maupun
makhluk gaib yang tidak dapat dilihat oleh manusia seperti malaikat, syetan, dan jin. Sifat ini
juga menegaskan bahwa Allah SWT berbeda dengan segala jenis benda, baik benda mati
maupun benda hidup. Oleh karena itu bentuk Allah SWT tidak dapat digambarkan atau
dulukiskan.
Perhatikan firman Allah SWT dalam surat Asy Syura ayat 11 berikut ini :
Artinya : “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy Syura : 11)
QIYAMUHU BINAFSIHI ( قِيَامُهُ بِنَفْسِهِ ) BERARTI BERDIRI SENDIRI
Mustahil Allah SWT bersifat Ihtiyaju ligharihi ( اِحْتِيَاجُ لِغَيْرِهِ ) yang berarti membutuhkan
pihak lain
Maksud dari sifat wajib قيامه ِبن ْ فسِهِ ini adalah Allah SWT tidak membutuhkan apapun, seperti
tempat, makanan, minuman, pakaian dan Allah SWT juga tidak membutuhkan bantuan
siapapun, baik manusia, syetan, malaikat, dan makhluk yang lain.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong
dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS Al Isra :111)
Sebaliknya, malah seluruh makhluk seperti manusia yang membutuhkan Allah SWT, karena
Allah SWT merupakan tempat bergantung dan tempat meminta pertolongan.
Artinya : “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlas :
2)
WAHDANIYAH ( بَقَاءٌ ) BERARTI ESA
Mustahil Allah SWT bersifat Taaddud ( فَنَاءٌ ) yang berarti berbilang/lebih dari satu
Yang dimaksud bahwa Allah SWT mempunyai sifat wahdaniyah ini adalah bahwa Allah
SWT sebagai Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam ini adalah Maha Esa, baik dalam
sifat, zat, maupun perbuatan-Nya.
Dengan demikian mustahil kalau Allah SWT lebih dari satu, karena jika Tuhan itu lebih dari
satu maka menunjukkan bahwa kekuasaan dan kehendaknya tidak mutlak, karena tuhan yang
satu tergantung dan dipengaruhi oleh tuhan yang lain. Secara rasional hal ini jelas tidak
mungkin.
Meyakini akan keesaan Allah SWT ini merupakan sesuatu yang sangat prinsip dalam ajaran
Islam, sehingga rukun Islam yang pertama adalah membaca syahadat, dan syahadat yang
dibaca pertama kali adalah bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhan satu-satunya, tiada yang
lain. Bahkan bila dipahami lebih jauh, meyakini akan keesaan Allah SWT ini merupakan inti
ajaran dari seluruh Rusul-rasul Allah SWT, mulai dari Nabi Adam a.s. sampai dengan Nabi
Muhammad s.a.w.
Firman Allah SWT :
Artinya : Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (QS. An Nahl : 51)
QUDRAH ( قُدْرَةٌ ) BERARTI KUASA
Mustahil Allah SWT bersifat Ajzun ( عَجْزٌ ) yang berarti lemah
Maksud dari sifat wajib qudrah ini adalah Allah SWT Mahakuasa, dan kekuasaan Allah SWT
tersebut merupakan yang sempurna. Dengan kata lain kekuasaan Allah SWT merupakan
kekuasaan yang tak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki oleh
manusia. Bila ada manusia yang kebetulan mempunyai kekuasaan, tentu kekuasaan itu sangat
terbatas. Misalnya, seorang atlet angkat besi kuasa (mampu) mengangkat barbel seberat 120
kg. Namun kalau berat barbel tersebut terus ditambah, pada berat tertentu dia tidak mampu
lagi mengangkatnya.
Bila Allah SWT mempunyai sifat wajib qudrah (kuasa) mustahil Allah SWT mempunyai
kelemahan. Sifat lemah ini merupakan sifat yang dimiliki oleh makhluk, baik manusia,
malaikat, jin, maupun syetan semuanya mempunyai kelemahan.
Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini :
Artinya : Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Ali Imran : 26)
IRADAH ( إِرَادَةٌ ) BERARTI BERKEHENDAK
Mustahil Allah SWT bersifat Karahah ( آَرَاهَةٌ ) yang berarti terpaksa
Yang dimaksud sifat wajib iradah adalah Allah SWT memiliki sifat berkehendak. Kehendak
Allah SWT itu sesuai dengan kemauan Allah SWT sendiri, bukan karena dipaksa oleh pihak
lain. Siapapun tidak dapat memaksa Allah SWT baik manusia, malaikat, dan makhluk lain.
Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah berdoa / memohon sesuatu dan berusaha, dan
keputusan akhir ditentukan oleh Allah SWT.
Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini :
Artinya : Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yasin : 82)
ILMU ( عِلْمٌ ) BERARTI MENGETAHUI
Mustahil Allah SWT bersifat Jahlun ( جَهْلٌ ) yang berarti bodoh
Yang dimaksud dengan sifat wajib ilmu adalah Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang
ada di alam ini, baik yang kecil maupun yang besar, yang sederhana maupun yang rumit, yang
tampak oleh manusia maupun yang tidak tampak, yang jelas maupun yang tidak jelas, yang
sudah terjadi maupun belum terjadi, semuanya tidak luput dari pengetahuan Allah SWT.
Allah SWT mempunyai pengetahuan yang Mahaluas dan tidak terbatas.
Adapun ilmu atau pengetahuan yang dikuasai oleh manusia hanyalah sebagian kecil dari ilmu
yang dmiliki oleh Allah SWT. Diibaratkan, bila lautan itu adalah ilmu Allah SWT maka yang
diberikan kepada manusia hanyalah ibarat jarum yang dicelupkan ke lautan itu, dan air yang
membasahi jarum itulah ilmu yang diberikan kepada manusia.
Namun demikian, ilmu yang diberikan Allah SWT walaupun sangat sedikit telah mampu
manjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia karena ilmu itu. Ilmu yang sangat
sedikit itu pula telah mampu menciptakan teknologi untuk kesejahteraan manusia.
Artnya : “Katakanlah (kepada mereka): "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah
tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al Hujurat : 16)
HAYAT ( حَيَاةٌ ) BERARTI HIDUP
Mustahil Allah SWT bersifat Jahlun ( مَوْتٌ ) yang berarti mati
Allah SWT mempunyai sifat wajib hidup, harus dipahami bahwa hidupnya Allah SWT tidak
seperti hidupnya manusia, hewan, atau makhluk-makhluk hidup yang pernah kita lihat.
Perbedaan sifat hidup Allah SWT dengan hidupnya manusia antara lain adalah :
a. Allah SWT hidup selama-lamanya dan tidak akan pernah mati, sedangkan manusia
dan makhluk lain pasti mengalami kematian.
b. Allah SWT hidup tidak tergantung dengan apapun, sedangkan manusia dan
makhluk hidup yang lain tergantung dengan makanan, udara, dan sebagainya.
c. Allah SWT hidup tanpa ada yang menghidupkan, sedangkan manusia dan
makhluk lain hidup karena dihidupkan oleh Allah SWT .
Firman Allah SWT :
Artinya : “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi.” (QS. Al Baqarah : 255)
SAMA’ ( سَمَاعٌ ) BERARTI MENDENGAR
Mustahil Allah SWT bersifat Summun ( صُمٌّ ) yang berarti tuli
Yang dimaksud dengan sifat wajib sama’ adalah mempunyai sifat Maha Mendengar. Sifat
mendengar yang dimiliki Allah SWT tidak terbatas oleh ruang, jarak, dan waktu. Berbeda
dengan pendengaran manusia yang dibatasi oleh ruang, dan bila jaraknya jauh sudah
berkurang pendengarannya atau bahkan tidak bsa mendengar lagi. Manusia juga tidak bisa
mendengar suara yang frekuensinya terlalu kecil, namun Allah SWT dapat mendengarkan
suara sekecil apapun, bahkan suara yang masih di dalam hati manusia pun Allah SWT
mendengarnya.
Firman Allah SWT dalam Al Quran
Artinya : “Berkatalah Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua perkataan
di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al
Anbiya : 4)
BASAR ( بَصَرٌ ) BERARTI MELIHAT
_ Mustahil Allah SWT bersifat Umyun ( عُمْي ___________) yang berarti buta
Yang dimaksud dengan sifat wajib basar adalah Allah SWT mempunyai sifat wajib melihat,
dan pengelihatan Allah SWT tersebut Mahasempurna. Maksudnya, tidak ada sesuatupun yang
luput dari pengelihatan Allah SWT, walaupun benda tersebut sangat kecil dan berada di balik
batu hitam di waktu malam hari yang sangat gelap sekalipuntidak luput dari pengelihatan
Allah SWT. Seperti halnya sifat mendengar Allah SWT di atas, sifat melihat Allah SWT juga
tidak dibatasi oleh ruang, jarak dan waktu. Bahkan makhluk-makhluk gaib pun tidak terlepas
dari pantauan Allah SWT.
Bagaimana sikap kita setelah meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat basar (Maha
Melihat) ? Tentunya kita lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kita tidak mungkin
berbohong atau menyembunyikan kebohongan di hadapan Allah SWT. Karena apapun yang
kita lakukan sudah barang tentu akan dilihat oleh Allah SWT. Bila kita melakukan suatu
kebaikan sekecil apaun akan dilihat Allah SWT , sebaliknya bila kita melakukan kejelekan
walupun disembunyikan juga akan tetap dilihat oleh Allah SWT. Sekarang terserah manusia
itu sendiri, mau memperbanyak berbuat baik atau menunmpuk-numpuk perbuatan jahat.
Memang ketika manusia masih di dunia, barangkali dia bisa mengelak atau menyangkal
perbuatan buruk yang dia lakukan. Namun di akhirat nanti, ketika keadilan Allah SWT betulbetul
ditegakkan, dia tidak akan bisa mengelak sedikitpun.
Firman Allah SWT dalam Al Quran :
Artinya : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan
dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik
yang ada di bumi maupun yang ada di langit.” (QS. Ibrahim : 38)
KALAM ( آَلاَمٌ ) BERARTI BERFIRMAN
Mustahil Allah SWT bersifat Bukmun ( بُكْمٌ ) yang berarti bisu
Yang dimaksud dengan sfat wajib kalam adalah Allah SWT Maha berfirmaan. Sebagai bukti
bahwa Allah SWT bersifat kalam adalah adanya kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan
kpada para Nabi dan rasul.
Firman Allah SWT dalam Al Quran :
Artinya : “Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An Nisa : 164)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT berbicara langsung kepada Nabi Musa a.s.
Hal ini hanyalah merupakan salah satu bukti bahwa Allah SWT berbicara.
Kamu masih ingat ada beberapak kitab yang telah diwahyukan / diturunkan Allah SWT ke
dunia, diantaranya adalah Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
cara semacam inilah Allah SWT menyampaikan pesan-pesan dan ajarannya kepada manusia.
TANDA-TANDA ADANYA ALLAH SWT
Kita dapat mengetahui kekuasaan Allah SWT melalui ayat-ayat qauliyah (kabar/informasi
dari Al Quran dan Hadits) dan melalui ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda yang terdapat di alam
semesta)
Memahami ayat qauliyah
Banyak sekali ayat-ayat Alquran yang memberikan kabar / informasi kepada manusia
mengenai keberadaan Allah SWT. Ayat-ayat Alquran memberikan jawaban yang sangat jelas
dan tegas mengenai pertanyaan manusia yang ingin mengetahui siapa Tuhan yang
sebenarnya. Ayat-ayat qauliyah yang menjelaskan tentang keberadaan Allah SWT telah kalian
pelajari pada bagian terdahulu.
Setelah kalian mengkaji ayat-ayat Alquran tentang sifat-sifat Allah SWT di atas, maka
menjadi sangat jelas bagaimana keberadaan Allah SWT. Yakni Allah SWT itu benar-benar
ada, terdahulu, dan kekal. Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Allah kuasa
menciptakan alam seisinya kemudian memelihara dan mengatur alam ini, namun Allah SWT
juga berhak suatu saat menghancurkan alam semesta ini. Allah SWT menciptakan manusia,
kemudian Allah SWT pula yang menyayangi manusia dengan mencukupi rizkinya dan
mendidik serat memberi petunjuk agar menjadi manusia yang shaleh, namun Allah SWT juga
berhak untuk mengambilnya kembali.
Dengan adanya ayat qauliyah, maka manusia menjadi tidak keliru dalam mempelajari dan
memahami keberadaan Allah SWT. Dengan ayat-ayat qauliyah itu pula manusia mendapatkan
petunjuk yang benar mengenai tata cara mengabdi, menyembah, dan beribadah kepada Allah
SWT.
Memahami Ayat-ayat Kauniyah
Ayat-ayat kauniyah adalah tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah SWT yang berada di
alam semeste. Sebagai makhluk yang diberi akal maka kita diberi kesempatan dan keleluasaan
untuk membuktikan keberadaan Allah SWT melalui tanda-tanda yanga da dia lam semesta.
Orang yang mengenali dan menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah di alam semesta adalah salah satu sikap orang yang tidak beriman.
Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tandatanda
dan bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut.
Orang beriman menyadari bahwa seluruh bagian dan peristiwa di alam semesta diciptakan
tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan Allah di
segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan
diri, ketundukan, dan rasa takut kepada-Nya.
Marilah kita berpikir sejenak tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah SWT misalnya
kelapa. Sebagaimana diketahui, pohon kelapa tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah.
Berawal dari biji inimuncul sebuah pohon besar berukuran panjang sampai 8 meter. Satusatunya
sumber bahan baku yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan
berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.
Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat
berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk
pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan
dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang
pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah
makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah.
Akar ini memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang
yang tersusun rapi sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk
sekedar menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini
mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat
yang ada di dalam tanah.
Fenomena alam ini juga didukung oleh ayat Alquran dalam surat al-An’am ayat 95 yang
artinyaa :
"Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-
An'aam [6]:95)
Biji hanyalah satu dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam
semesta. Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga
dengan hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan "mengapa"
dan "bagaimana", maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta
ini adalah bukti keberadaan dan kekuasaan Allah SWT.

2 komentar: