ALLAH YANG DIJELASKAN
DALAM AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Para ulama’ yang ahli dalam
bidang ilmu tauhid (ilmu
agama yang secara khusus
membahas tentang
keesaan Allah SWT) mengelompokkan
sifat Allah SWT menjadi 3 bagian,
yaitu :
1. Sifat wajib
Yakni Sifat-sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki
oleh Allah SWT, jumlahnya ada 13,
sebagian ulama’ berpendapat jumlah sifat wajib ada
20
2. Sifat mustahil
Yakni sifat-sifat lemah yang tidak mungkin
dimiliki oleh Allah SWT. Merupakan kebaikan
dari sifat wajib sehingga jumlahnya sama dengan
sifat wajib
3. Sifat jaiz
Sifat yang serba mungkin bagi Allah SWT sesuai
dengan kehendak-Nya
Tabel sifat-sifat
Allah SWT :
Sifat Wajib Sifat Mustahil
Sifat Jaiz
1. Wujud : ada
2.
Qidam
: dahulu
3.
Baqa : kekal
4.
Mukhalafatu
lilhawaditsi: berbeda dengan
makhluk
5.
Qiyamuhu
Binafsihi : berdiri sendiri
6.
Wahdaniyah
: esa
7.
Qudrat
: kuasa
8.
Iradat : berkehendak
9.
Ilmu : mengetahui
10.
Hayat
: hidup
11.
Sama’ : mendengar
12.
Bashar
: melihat
13.
Kalam
: berfirman
14.
Qadiran
: Maha Kuasa
15.
Muridan
: Maha Berkehendak
16.
Aliman
: Maha Mengetahui
17.
hayyan
: Maha Hidup
18.
Samian
: Maha Mendengar
19.
Bashiran: Maha Melihat
20.
Mutakaliman
: Maha Berfirman
1.
Adam : tidak ada
2.
Hudus
: baru
3.
Fana : rusak
4.
Mumatsalatu
lilhawaditsi: sama
dengan
makhluk
5.
Ihtiyaj
Lighairih : butuh yang lain
6.
Ta’adud
: terbilang
7.
Ajzun
: lemah
8.
Karahah
: terpaksa
9.
Jahlun
: bodoh
10.
Mautun
: mati
11.
Summun
: tuli
12.
Umyun
: buta
13.
Bukmun
: bisu
14.
Ajizan
: sangat lemah
15.
Mukrahan
: sangat terpaksan
16.
Jahilan
: sangat bodoh
17.
Mayyitan: : benar-benar mati
18.
Ashamman: : sangat tuli
19.
A’ma: : betul-betul buta
20.
Abkaman
: betul-betul bisu
Allah
serba
mungkin
melakukan
sesuatu
atau
meninggalkannya
WUJUD ( و جود ) BERARTI ADA
Mustahil Allah SWT bersifat Adam ( ع دمٌ ) yang berarti tidak ada
Rasanya tidak mudah meyakini
bahwa Allah SWT itu ada. Mata kita tidak pernah melihat-
Nya, telinga kita tidak pernah
mendengar suara-Nya, hidung kita tidak pernah mencium
aroma-Nya, dan kulit kita tidak
pernah meraba-Nya. Kalau begitu, bagaimana cara
meyakini bahwa Allah SWT itu
ada?
Untuk membantu menemukan
jawabannya, jernihkanlah hati dan pikiran dan kajilah cerita
mengenai Nabi Ibrahim a.s.
ketika sedang mencari Tuhan. sebagaimana firman Allah SWT
dalam Alquran :
Artinya: Dan (ingatlah) di
waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan
kaummu dalam kesesatan yang
nyata." Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami
yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami
memperlihatkannya) agar Ibrahim
itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah
menjadi gelap. dia melihat
sebuah bintang (lalu) dia berkata: "yakin". Ketika malam telah
menjadi gelap. dia melihat
sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi tatkala
bintang itu tenggelam dia
berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian
tatkala dia melihat bulan
terbit dia berkata: Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam dia
berkata: "Sesungguhnya
jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang
sesat.- Kernudian tatkala dia melihat matahari terbit. dia berkata:
“Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar," maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:
"Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung kepada agama
yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang¬orang yang
mempersekutukan Tuhan.(QS. Al
An-am : 74-79)
Walaupun mata kita tidak pernah
melihat wujud Allah SWT, namun kita dapat menyaksikan
keindahan alam semesta seperti
pantai, laut, gunung, bentangan gurun, dan langit yang biru.
Walaupun telinga kita tidak
pernah mendengar suara Allah SWT, namun kita dapat
mendengar kicau burung yang
merdu. Walaupun kulit kita tidak pernah bersentuhan dengan
Allah SWT, namun kita dapat
merasakan sejuknya sentuhan angin. Demikian pula dengan
hidung kita yang dapat mencium
aroma bunga yang wangi, serta lidah kita yang dapat
merasakan manisnya buah-buahan.
Semua itu merupakan ciptaan Allah SWT. Kiranya cukup
dengan menyaksikan segala
ciptaan-Nya kita dapat meyakini betapa agungnya Allah SWT
sebagai Sang Pencipta.
Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya: Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumf
dalam enam hari. lalu Dia
bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malarn kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bukan, dan bintangbintang
(masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
mernerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al A'ràf : 54)
QIDAM ( قِدَام ) BERARTI
DAHULU
Mustahil Allah SWT
bersifat Hudus ( ح دو ٌ ث ) yang berarti baru
Kamu tentu ingat dengan tanggal
kelahiranmu, bukan? Adanya tanggal lahir itu menunjukkan
bahwa pada tanggal dan hari
tersebut kamu memulai hidup di dunia. Namun Allah SWT
tidaklah seperti itu. Allah SWT
telah ada sejak dahulu sebelum seluruh makhluk dan alam ini
diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya : Dialah Yang Awal
dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui
segala sesuatu. (QS.
Al Hadid : 3)
Berdasarkan ayat tersebut dapat
disimpulkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan
Allah SWT merupakan sesuatu
yang baru, yang ada titik permulaannya dan suatu saat akan
mencapai titik akhir.
Sebaliknya Allah SWT sebagai Sang Pencipta tidak mungkin bersifat
baru seperti ciptaan-Nya itu.
Allah SWT tidak mengalami titik permulaan dan titik akhir.
Allah SWT adalah awal sekaligus
akhir.
BAQA ( بَقَاءٌ ) BERARTI
KEKAL
Mustahil
Allah SWT bersifat Fana ( فَنَاءٌ ) yang berarti rusak
Allah SWT mempunyai sifat kekal
dan tidak akan pernah mengalami kerusakan, dengan
kata lain mustahil Allah SWT
mengalami kerusakan. Sebaliknya seluruh makhluk termasuk
manusia pasti akan mengalami
kerusakan.
Firman Allah SWT dalam surat Ar
Rahman ayat 26-27 :
Artinya : “Semua yang ada
di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang
mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman : 26-27)
Dalam ayat di atas dijelaskan
bahwa kerusakan dapat menimpa seluruh mahluk tidak
terkecuali manusia. Untuk
membuktikannya, perhatikan seluruh organ tubuh manusia mulai
dari ujung rambut sampai ujung
kaki, lalu sebutkan bentuk kerusakan yang dapat
menimpanya.
MUKHALAFATU
LILHAWADISI ( مُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ ) BERARTI BERBEDA DENGAN
MAKHLUK
Mustahil Allah SWT bersifat
Mumasalatu lilhawaditsi ( مُمَاثَلَةُ لِلْحَوَادِثِ ) yang berarti serupa
dengan makhluk
Sifat wajib مخاَلَفةُ للْحواد ث menunjukkan
bahwa antara Allah SWT berbeda dengan seluruh
makhluk yang diciptakan-Nya,
baik itu makhluk yang dapat dilihat oleh manusia, maupun
makhluk gaib yang tidak dapat
dilihat oleh manusia seperti malaikat, syetan, dan jin. Sifat ini
juga menegaskan bahwa Allah SWT
berbeda dengan segala jenis benda, baik benda mati
maupun benda hidup. Oleh karena
itu bentuk Allah SWT tidak dapat digambarkan atau
dulukiskan.
Perhatikan firman Allah SWT
dalam surat Asy Syura ayat 11 berikut ini :
Artinya : “(Dia) Pencipta
langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari
jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan
jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS Asy Syura : 11)
QIYAMUHU
BINAFSIHI ( قِيَامُهُ بِنَفْسِهِ ) BERARTI BERDIRI SENDIRI
Mustahil Allah SWT bersifat
Ihtiyaju ligharihi ( اِحْتِيَاجُ لِغَيْرِهِ ) yang berarti membutuhkan
pihak lain
Maksud dari sifat wajib قيامه ِبن ْ فسِهِ ini adalah
Allah SWT tidak membutuhkan apapun, seperti
tempat, makanan, minuman,
pakaian dan Allah SWT juga tidak membutuhkan bantuan
siapapun, baik manusia, syetan,
malaikat, dan makhluk yang lain.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan katakanlah:
"Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong
dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS Al Isra :111)
Sebaliknya, malah seluruh
makhluk seperti manusia yang membutuhkan Allah SWT, karena
Allah SWT merupakan tempat
bergantung dan tempat meminta pertolongan.
Artinya : “Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlas :
2)
WAHDANIYAH
( بَقَاءٌ ) BERARTI ESA
Mustahil Allah SWT bersifat
Taaddud ( فَنَاءٌ ) yang berarti berbilang/lebih dari satu
Yang dimaksud bahwa Allah SWT
mempunyai sifat wahdaniyah ini adalah bahwa Allah
SWT sebagai Tuhan yang
menciptakan dan mengatur alam ini adalah Maha Esa, baik dalam
sifat, zat, maupun
perbuatan-Nya.
Dengan demikian mustahil kalau
Allah SWT lebih dari satu, karena jika Tuhan itu lebih dari
satu maka menunjukkan bahwa
kekuasaan dan kehendaknya tidak mutlak, karena tuhan yang
satu tergantung dan dipengaruhi
oleh tuhan yang lain. Secara rasional hal ini jelas tidak
mungkin.
Meyakini akan keesaan Allah SWT
ini merupakan sesuatu yang sangat prinsip dalam ajaran
Islam, sehingga rukun Islam
yang pertama adalah membaca syahadat, dan syahadat yang
dibaca pertama kali adalah
bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhan satu-satunya, tiada yang
lain. Bahkan bila dipahami
lebih jauh, meyakini akan keesaan Allah SWT ini merupakan inti
ajaran dari seluruh Rusul-rasul
Allah SWT, mulai dari Nabi Adam a.s. sampai dengan Nabi
Muhammad s.a.w.
Firman Allah SWT :
Artinya : Allah berfirman:
"Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa, maka
hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (QS. An Nahl : 51)
QUDRAH ( قُدْرَةٌ
) BERARTI KUASA
Mustahil Allah SWT bersifat
Ajzun ( عَجْزٌ ) yang berarti lemah
Maksud dari sifat wajib qudrah
ini adalah Allah SWT Mahakuasa, dan kekuasaan Allah SWT
tersebut merupakan yang
sempurna. Dengan kata lain kekuasaan Allah SWT merupakan
kekuasaan yang tak terbatas.
Hal ini tentu berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki oleh
manusia. Bila ada manusia yang
kebetulan mempunyai kekuasaan, tentu kekuasaan itu sangat
terbatas. Misalnya, seorang
atlet angkat besi kuasa (mampu) mengangkat barbel seberat 120
kg. Namun kalau berat barbel
tersebut terus ditambah, pada berat tertentu dia tidak mampu
lagi mengangkatnya.
Bila Allah SWT mempunyai sifat
wajib qudrah (kuasa) mustahil Allah SWT mempunyai
kelemahan. Sifat lemah ini
merupakan sifat yang dimiliki oleh makhluk, baik manusia,
malaikat, jin, maupun syetan
semuanya mempunyai kelemahan.
Perhatikan Firman Allah SWT
berikut ini :
Artinya : Katakanlah:
"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu.(QS.
Ali Imran : 26)
IRADAH ( إِرَادَةٌ
) BERARTI BERKEHENDAK
Mustahil
Allah SWT bersifat Karahah ( آَرَاهَةٌ ) yang berarti terpaksa
Yang dimaksud sifat wajib
iradah adalah Allah SWT memiliki sifat berkehendak. Kehendak
Allah SWT itu sesuai dengan
kemauan Allah SWT sendiri, bukan karena dipaksa oleh pihak
lain. Siapapun tidak dapat
memaksa Allah SWT baik manusia, malaikat, dan makhluk lain.
Yang bisa dilakukan oleh
manusia adalah berdoa / memohon sesuatu dan berusaha, dan
keputusan akhir ditentukan oleh
Allah SWT.
Perhatikan Firman Allah SWT
berikut ini :
Artinya : Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!"
maka terjadilah ia. (QS. Yasin : 82)
ILMU ( عِلْمٌ
) BERARTI MENGETAHUI
Mustahil Allah SWT bersifat
Jahlun ( جَهْلٌ ) yang berarti bodoh
Yang dimaksud dengan sifat
wajib ilmu adalah Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang
ada di alam ini, baik yang
kecil maupun yang besar, yang sederhana maupun yang rumit, yang
tampak oleh manusia maupun yang
tidak tampak, yang jelas maupun yang tidak jelas, yang
sudah terjadi maupun belum
terjadi, semuanya tidak luput dari pengetahuan Allah SWT.
Allah SWT mempunyai pengetahuan
yang Mahaluas dan tidak terbatas.
Adapun ilmu atau pengetahuan
yang dikuasai oleh manusia hanyalah sebagian kecil dari ilmu
yang dmiliki oleh Allah SWT.
Diibaratkan, bila lautan itu adalah ilmu Allah SWT maka yang
diberikan kepada manusia
hanyalah ibarat jarum yang dicelupkan ke lautan itu, dan air yang
membasahi jarum itulah ilmu
yang diberikan kepada manusia.
Namun demikian, ilmu yang
diberikan Allah SWT walaupun sangat sedikit telah mampu
manjadikan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia karena ilmu itu. Ilmu yang sangat
sedikit itu pula telah mampu
menciptakan teknologi untuk kesejahteraan manusia.
Artnya : “Katakanlah (kepada
mereka): "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah
tentang agamamu (keyakinanmu),
padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (QS Al Hujurat : 16)
HAYAT ( حَيَاةٌ
) BERARTI HIDUP
Mustahil
Allah SWT bersifat Jahlun ( مَوْتٌ ) yang berarti mati
Allah SWT mempunyai sifat wajib
hidup, harus dipahami bahwa hidupnya Allah SWT tidak
seperti hidupnya manusia,
hewan, atau makhluk-makhluk hidup yang pernah kita lihat.
Perbedaan sifat hidup Allah SWT
dengan hidupnya manusia antara lain adalah :
a. Allah SWT hidup
selama-lamanya dan tidak akan pernah mati, sedangkan manusia
dan makhluk lain pasti
mengalami kematian.
b. Allah SWT hidup tidak
tergantung dengan apapun, sedangkan manusia dan
makhluk hidup yang lain
tergantung dengan makanan, udara, dan sebagainya.
c. Allah SWT hidup tanpa ada
yang menghidupkan, sedangkan manusia dan
makhluk lain hidup karena
dihidupkan oleh Allah SWT .
Firman Allah SWT :
Artinya : “Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di
bumi.” (QS. Al Baqarah : 255)
SAMA’ ( سَمَاعٌ
) BERARTI MENDENGAR
Mustahil Allah SWT bersifat
Summun ( صُمٌّ ) yang berarti tuli
Yang dimaksud dengan sifat
wajib sama’ adalah mempunyai sifat Maha Mendengar. Sifat
mendengar yang dimiliki Allah
SWT tidak terbatas oleh ruang, jarak, dan waktu. Berbeda
dengan pendengaran manusia yang
dibatasi oleh ruang, dan bila jaraknya jauh sudah
berkurang pendengarannya atau
bahkan tidak bsa mendengar lagi. Manusia juga tidak bisa
mendengar suara yang
frekuensinya terlalu kecil, namun Allah SWT dapat mendengarkan
suara sekecil apapun, bahkan
suara yang masih di dalam hati manusia pun Allah SWT
mendengarnya.
Firman Allah SWT dalam Al Quran
Artinya : “Berkatalah Muhammad
(kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua perkataan
di langit dan di bumi dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al
Anbiya : 4)
BASAR ( بَصَرٌ
) BERARTI MELIHAT
_ Mustahil Allah SWT bersifat
Umyun ( عُمْي ___________) yang berarti
buta
Yang dimaksud dengan sifat
wajib basar adalah Allah SWT mempunyai sifat wajib melihat,
dan pengelihatan Allah SWT
tersebut Mahasempurna. Maksudnya, tidak ada sesuatupun yang
luput dari pengelihatan Allah
SWT, walaupun benda tersebut sangat kecil dan berada di balik
batu hitam di waktu malam hari
yang sangat gelap sekalipuntidak luput dari pengelihatan
Allah SWT. Seperti halnya sifat
mendengar Allah SWT di atas, sifat melihat Allah SWT juga
tidak dibatasi oleh ruang,
jarak dan waktu. Bahkan makhluk-makhluk gaib pun tidak terlepas
dari pantauan Allah SWT.
Bagaimana sikap kita setelah
meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat basar (Maha
Melihat) ? Tentunya kita lebih
berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kita tidak mungkin
berbohong atau menyembunyikan
kebohongan di hadapan Allah SWT. Karena apapun yang
kita lakukan sudah barang tentu
akan dilihat oleh Allah SWT. Bila kita melakukan suatu
kebaikan sekecil apaun akan
dilihat Allah SWT , sebaliknya bila kita melakukan kejelekan
walupun disembunyikan juga akan
tetap dilihat oleh Allah SWT. Sekarang terserah manusia
itu sendiri, mau memperbanyak
berbuat baik atau menunmpuk-numpuk perbuatan jahat.
Memang ketika manusia masih di
dunia, barangkali dia bisa mengelak atau menyangkal
perbuatan buruk yang dia
lakukan. Namun di akhirat nanti, ketika keadilan Allah SWT betulbetul
ditegakkan, dia tidak akan bisa
mengelak sedikitpun.
Firman Allah SWT dalam Al Quran
:
Artinya : “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan
dan apa yang kami lahirkan; dan
tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik
yang ada di bumi maupun yang
ada di langit.” (QS. Ibrahim : 38)
KALAM ( آَلاَمٌ
) BERARTI BERFIRMAN
Mustahil Allah SWT bersifat
Bukmun ( بُكْمٌ ) yang berarti bisu
Yang dimaksud dengan sfat wajib
kalam adalah Allah SWT Maha berfirmaan. Sebagai bukti
bahwa Allah SWT bersifat kalam
adalah adanya kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan
kpada para Nabi dan rasul.
Firman Allah SWT dalam Al Quran
:
Artinya : “Dan (kami telah
mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan
rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. Dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An Nisa : 164)
Dalam ayat di atas dijelaskan
bahwa Allah SWT berbicara langsung kepada Nabi Musa a.s.
Hal ini hanyalah merupakan
salah satu bukti bahwa Allah SWT berbicara.
Kamu masih ingat ada beberapak
kitab yang telah diwahyukan / diturunkan Allah SWT ke
dunia, diantaranya adalah Al
Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
cara semacam inilah Allah SWT
menyampaikan pesan-pesan dan ajarannya kepada manusia.
TANDA-TANDA
ADANYA ALLAH SWT
Kita dapat mengetahui kekuasaan
Allah SWT melalui ayat-ayat qauliyah (kabar/informasi
dari Al Quran dan Hadits) dan
melalui ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda yang terdapat di alam
semesta)
Memahami
ayat qauliyah
Banyak sekali ayat-ayat Alquran
yang memberikan kabar / informasi kepada manusia
mengenai keberadaan Allah SWT.
Ayat-ayat Alquran memberikan jawaban yang sangat jelas
dan tegas mengenai pertanyaan
manusia yang ingin mengetahui siapa Tuhan yang
sebenarnya. Ayat-ayat qauliyah
yang menjelaskan tentang keberadaan Allah SWT telah kalian
pelajari pada bagian terdahulu.
Setelah kalian mengkaji
ayat-ayat Alquran tentang sifat-sifat Allah SWT di atas, maka
menjadi sangat jelas bagaimana
keberadaan Allah SWT. Yakni Allah SWT itu benar-benar
ada, terdahulu, dan kekal.
Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Allah kuasa
menciptakan alam seisinya
kemudian memelihara dan mengatur alam ini, namun Allah SWT
juga berhak suatu saat
menghancurkan alam semesta ini. Allah SWT menciptakan manusia,
kemudian Allah SWT pula yang
menyayangi manusia dengan mencukupi rizkinya dan
mendidik serat memberi petunjuk
agar menjadi manusia yang shaleh, namun Allah SWT juga
berhak untuk mengambilnya
kembali.
Dengan adanya ayat qauliyah,
maka manusia menjadi tidak keliru dalam mempelajari dan
memahami keberadaan Allah SWT.
Dengan ayat-ayat qauliyah itu pula manusia mendapatkan
petunjuk yang benar mengenai
tata cara mengabdi, menyembah, dan beribadah kepada Allah
SWT.
Memahami
Ayat-ayat Kauniyah
Ayat-ayat kauniyah adalah
tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah SWT yang berada di
alam semeste. Sebagai makhluk
yang diberi akal maka kita diberi kesempatan dan keleluasaan
untuk membuktikan keberadaan
Allah SWT melalui tanda-tanda yanga da dia lam semesta.
Orang yang mengenali dan
menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah di alam semesta
adalah salah satu sikap orang yang tidak beriman.
Sebaliknya, ciri menonjol pada
orang yang beriman adalah kemampuan memahami tandatanda
dan bukti-bukti kekuasaan sang
Pencipta tersebut.
Orang beriman menyadari bahwa
seluruh bagian dan peristiwa di alam semesta diciptakan
tidak dengan sia-sia, dan ia
mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan Allah di
segala penjuru manapun.
Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan
diri, ketundukan, dan rasa
takut kepada-Nya.
Marilah kita berpikir sejenak
tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah SWT misalnya
kelapa. Sebagaimana diketahui,
pohon kelapa tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah.
Berawal dari biji inimuncul
sebuah pohon besar berukuran panjang sampai 8 meter. Satusatunya
sumber bahan baku yang dapat
digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan
berkembang membentuk wujud
pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.
Bagaimanakah sebutir biji
mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat
berpikir untuk menguraikan dan
memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk
pembentukan kayu? Bagaimana ia
dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan
dalam membentuk pohon?
Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang
pada akhirnya muncul dari biji
tersebut bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah
makhluk hidup yang kompleks
yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah.
Akar ini memiliki pembuluh yang
mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang
yang tersusun rapi sempurna.
Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk
sekedar menggambar sebatang
pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini
mampu membuat wujud yang
sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat
yang ada di dalam tanah.
Fenomena alam ini juga didukung
oleh ayat Alquran dalam surat al-An’am ayat 95 yang
artinyaa :
"Sesungguhnya Allah
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia
mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian
ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-
An'aam [6]:95)
Biji hanyalah satu dari banyak
tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam
semesta. Ketika manusia mulai
berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga
dengan hati mereka, dan
kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan "mengapa"
dan "bagaimana", maka
mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta
ini adalah bukti keberadaan dan kekuasaan Allah
SWT.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSiip, artikelnya keren..
BalasHapusPortal Bersama